Dalam penanggalan Hijriyah, bulan Sya’ban adalah salah satu dari bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Satu riwayat menyebutkan dinamakan bulan Sya’ban karena di dalamnya terdapat banyak sekali kebaikan. Turunnya QS al-Ahzab: 56 yang berisi tentang perintah bersholawat kepada Nabi Muhammad. Sehingga bulan ini dikenal dengan bulan bersholawat. Dalam sebuah hadis, Rasul bersabda bahwa “Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadhan adalah bulannya ummatku.” Dari ayat dan hadis tersebut inilah para ulama menganjurkan untuk memperbanyak sholawat yang ditujukan kepada baginda Rasulullah SAW. sebagai wujud kecintaan terhadap sosok pemberi syafaat dan upaya pendekatan diri terhadap Sang Khaliq.
Telusur Kisah,
Tidak berlebihan ketika jemari dan bibir ini melantunkan banyak sholawat, berdasarkan hadis riwayat Aisyah ra, dikisahkan, di malam nisyfu sya’ban sayyidah Aisyah ra terjaga dari tidur namun tidak ditemukan Rasulullah di sampingnya. Kepanikan sayyidah Aisyah memaksanya mencari sesosok pujaan hati dari sudut rumah, ke masjid hingga ke rumah sayyidah Fathimah, putri tercinta Rasulullah SAW. Namun hasilnya nihil, Rasulullah SAW tidak berada di rumah sayyidah Fathimah. Sontak, seluruh keluarga sayyidah Fathimah, sayyidina Ali, Hasan dan Husain (cucu Rasulullah SAW) pun berpencar mencari keberadaan Rasulullah SAW.
Beberapa saat kemudian sayyidina Ali, keponaan sekaligus menantu Rasulullah SAW. melihat pancaran cahaya di tengah-tengah pemakaman Baqi’. Pancaran cahaya itu diyakini sebagai Nur Muhammad. Terlihat oleh indra sayyidina Ali bahwa Rasululllah SAW sedang bersujud dan menangis kepada Allah SWT. Dikisahkan, dalam sujud itu Rasulullah SAW menyampaikan kegelisahan dan kekhawatiran akan nasib ummatnya. “ Ya Allah jika Engkau siksa ummat ini, maka sesungguhnya mereka adalah ummat-Mu. Jika Engkau ampuni mereka maka sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Bijaksana.” Melihat itu, sayyidah Fathimah mencoba menghampiri Rasulullah SAW dan menanyakan apakah ayahnya telah mendapatkan wahyu.
Dengan masih terisak Rasulullah SAW menggelengkan kepala, pertanda tidak ada wahyu turun. “ Tidak ada musuh atau wahyu yang turun kepadaku. Tapi, malam ini adalah malam pembebasan (laylatul baraah), maka aku berdoa memohon kepada Allah SWT. Nanti di hari kiamat akupun akan bersujud memintakan ampunan untuk seluruh ummatku. Jika kalian ingin ridloku, sujudlah, mintalah ampun untuk seluruh kaum sepertimu wahai anak dan cucuku.”
Sebagai bulan yang mulia, sepanjang malam di bulan ini penuh dengan kemuliaan. Utamanya adalah di malam ke limabelas yang biasa disebut dengan lailatu nisyfi sya’ban (malam nisfu sya’ban). Konon, pada malam nisyfu sya’ban ini Allah SWT mengabarkan bahwa orang-orang yang beramal sholih dijanjikan masuk syurga. Nisyfu sya’ban juga disebut sebagai malam pergantian buku catatan amal manusia selama satu tahun. Tak ayal, jika malam ini banyak digunakan sebagian besar umat muslim untuk mendirikan qiyamul layl, bermuhasabah, berdzikir, dsb. Alangkah merugi ketika rizki umur dipertemukan dengan bulan yang mulia namun terlewatkan tanpa menebar kebaikan di dalamnya. Berpuasa di siang hari dan memperbanyak ibadah di malam nisyfu sya’ban merupakan fadhail ‘amal yang tepat sebab di malam itu Allah SWT akan menjawab doa hamba-hamba-Nya.
Dalam kisah lain, Nabi Isa berjalan mengelilingi sebuah gunung, tiba-tiba dikejutkan adanya batu permata berukuran besar, berkilau, terletak di atas gunung tsb. Secara nalar, batu permata tersebut mestinya jatuh tapi Nabi Isa menyaksikan batu permata itu sangat nyaman dengan posisinya. Masih dalam ketidakpercayaan dengan apa yang dilihat, turunlah wahyu Allah SWT padanya “Ya isa, apakah kamu mau aku tunjukkan hal yang lebih menakjubkan (dari pada kilau batu permata itu)” Tak lama kemudian, batu permata itu pecah dan ditemukan di dalamnya terdapat seorang lelaki sangat tua yang tengah melakukan sholat. Kemudian Nabi Isa mendekat dan bertanya, “berapa lama engkau beribadah disini”, “empat ratus tahun”, jawabnya. Takjub, menyadari ketaatan orang tersebut Nabi Isa berkata, “ Ya allah, adakah orang yang lebih bagus ibadahnya dari orang ini?” “Allah SWT menjawab, ada yang lebih mulia dari orang ini yaitu umat Muhammad yang menemui malam nisyfu sya’ban dan beribadah di dalamnya.” Mendengar jawaban itu, buru-buru Nabi Isa melangitkan doa, “Ya Allah panjangkan umurku agar aku bisa bertemu dengan bulan sya’ban.”
Hikmah,
Dari dua kisah di atas menyiratkan bahwa membangun kecintaan terhadap baginda Rasulullah SAW semestinya dengan meneladani dan mengikuti amalan-amalan shalih yang telah dicontohkan sebagaimana tersebut di atas. Sebagai bulan sholawat, mendawamkan dan memperbanyak lantunan kalimat ini di sepanjang hari diyakini mampu memikat dan menghubungkan syafaat Rasulullah SAW pada hari kiamat. Bukankah hanya syafaat Rasulullah SAW–lah yang akan menolong kita dari beratnya pertanggungjawaban perbuatan di dunia ini?
Memperhatikan amal sholih lainnya seperti puasa, qiyamul layl, dan mendoakan kebaikan untuk oranglain juga hal yang niscaya. Qiyamul layl adalah rutinitas Rasulullah SAW dalam menghidupkan sholat Sunnah malam, berdzikir untuk mendekatkan diri pada Allah SWT (hablum minallah). Berpuasa sebagai wujud menahan nafsu dan emosi diri (menaklukkan hawa nafsu), mendoakan kebaikan untuk oranglain, memaafkan sebagai manifestasikan menyempurnakan hubungan sesame manusia (hablum minannas). Bukankah pada bulan ini terdapat pergantian buku catatan amal perbuatan manusia, yang mana Rasulullah SAW sendiri ingin menutupnya dengan penuh kebaikan.
Selain sebagai upaya menggapai syafaat Rasulullah SAW. amalan-amalan tersebut bagian dari bekal, persiapan dan pembiasaan diri memasuki bulan Ramadhan. Bulan dimana manusia harus menyibukkan diri dengan segudang kebaikan karena bulan Ramadhan adalah bulan ummat Muhammad SAW. Amalan tersebut juga akan menjadi “wasilah” untuk taqorrub ilallah. Sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 35 Artinya, “(Wahai orang-orang beriman, takwalah kepada Allah) takutlah akan siksa-Nya. Caranya, taati perintah-Nya. (Untuk sampai kepada-Nya, carilah) kejarlah (sebuah wasilah) berupa amal ketaatan yang dapat mendekatkan kalian kepada-Nya,”
Yuk, pikat Rasulullah SAW dengan memperbanyak sholawat, agar syafaat kita dapat.
Oleh:
S Mahmudah Noorhayati
(IAI Nasional Laa Roiba Bogor)